Selasa, 15 November 2011

Nasi Kucing

nasikucing 4 150x150 Nasi Kucing Khas Wong Jogja   Angkringan Tugu Lik Man
nasi kucing - angkringan
Makan adalah soal cara. Kita semua menyebutnya sebagai nasi. Namun ketika ia dimasukkan dalam bambu dan dibakar, kita menyebutnya nasi bakar. Bila ia dibungkus daun jati, Orang Cirebon menyebutnya nasi jamblang.
Dibungkus selagi hangat dengan daun pisang muda lain lagi namanya: nasi timbel. Dibungkus sejumput-kecil di Bali disebut nasi jinggo. Di Tegal orang bilang nasi ponggol. Lain lagi Wong Solo dan Wong Jogja, inilah yang populer sebagai nasi kucing. Nasi kucing bisa kita dibeli di sepanjang jalan di  Jogja.
Di sudut-sudut gang, setiap ada keramaian tak pelak lagi, mereka pasti sedang lek-lekan (begadang), “keplek ilat” menyantap nasi kucing. Nasi Kucing ini di Jogjakarta di jual di gerobag Angkringan. Bentuknya sama: nasi sekepal dibungkus daun pisang dengan lauk sambal bandeng atau oseng tempe.
Dijual dalam gerobak yang mangkal di tempat-tempat strategis. Selain gerobak penjual menyediakan satu kursi panjang di depannya.
nasikucing 2 200x300 Nasi Kucing Khas Wong Jogja   Angkringan Tugu Lik Man
angkringan - nasi kucing
Kita dapat makan secara swalayan. Di sudut kanan gerobak ada perapian, untuk menjerang tiga teko. Satu berisi air putih, satu berisi wedang jahe, satu lagi berisi teh kental—karena itu sebagian orang menyebut ‘gerobak tiga teko’.
Di sebelah perapian dihamparkan macam-macam lauk dan jajanan: tempe dan tahu goreng, tempe dan tahu bacem, macam-macam sate mulai dari sate usus, sate telur puyuh bacem, sate keong, sate kulit, sate (tempe) gembus, dan sate gajih sandung lamur. Masih ada jajanan: lentho, timus, combro—tanpa oncom, dan peyek.
Tak perlu khawatir kursi bangku tak dapat memuat pengunjung. Karena pedagang nasi kucing telah menyediakan berlembar-lembar tikar di sebelah gerobak. Bila angkringan mangkal di mulut gang, maka anda dapat makan lesehan di pinggir jalan.
Benar-benar di pinggir jalan, sehingga pejalan kaki hanya berjarak satu-dua meter dari nasi kucing yang sedang anda buka. Sebagian pembeli bahkan tak suka duduk di kursi angkringan. Mereka lebih suka duduk di tikar. Menghabiskan malam dengan bercengkerama dengan kawan-kawan. Makanya, makan nasi kucing kurang dari tiga peserta tak afdol. Bersama lima orang dianjurkan.
Lalu, mengapa nasi kucing dan angkringan? Ini ada ceritanya. Disebut nasi kucing karena porsi dan lauknya persis seperti kita akan memberi makan kucing di rumah.
Angkringan di Jogjakarta dipelopori oleh seorang pendatang dari Cawas, Klaten bernama Mbah Pairo pada tahun 1950-an. Cawas yang secara adminstratif termasuk wilayah Klaten Jawa Tengah merupakan daerah tandus terutama di musim kemarau. Tidak adanya lahan subur yang bisa diandalkan untuk menyambung hidup, membuat Mbah Pairo mengadu nasib ke kota. Ya, ke sini, ke Jogjakarta.
Mbah Pairo bisa disebut pionir angkringan di Jogjakarta. Usaha angkringan Mbah Pairo ini kemudian diwarisi oleh Lik Man, putra Mbah Pairo sekitar tahun 1969. Lik Man yang kini menempati sebelah utara Stasiun Tugu sempat beberapa kali berpindah lokasi.
Seiring bergulirnya waktu, lambat laun bisnis ini kemudian menjamur hingga pada saat ini sangat mudah menemukan angkringan di setiap sudut Kota Jogja. Angkringan Lik Man pun konon menjadi yang paling dikenal di seluruh Jogja, bahkan di luar Jogja.
angkringan lik man 1 300x212 Nasi Kucing Khas Wong Jogja   Angkringan Tugu Lik Man
angkringan-lik-man-1
Berbeda dengan angkringan saat ini yang memakai gerobak, diawal kemunculannya angkringan menggunakan pikulan sebagai alat sekaligus center of interest. Bertempat di emplasemen Stasiun Tugu Mbah Pairo menggelar dagangannya.
Pada masa Mbah Pairo berjualan, angkringan dikenal dengan sebutan ting-ting hik (baca: hek). Hal ini disebabkan karena penjualnya berteriak “Hiiik…iyeek” ketika menjajakan dagangan mereka. Istilah hik sering diartikan sebagai Hidangan Istimewa Kampung. Sebutan hik sendiri masih ditemui di Solo hingga saat ini, tetapi untuk di Jogja istilah angkringan lebih populer. Demikian sejarah angkringan di Jogjakarta bermula.
kopi joss jogja 225x300 Nasi Kucing Khas Wong Jogja   Angkringan Tugu Lik Man
kopi joss jogja
Menu istimewa Angkringan Lik Man ini adalah kopi jos. Kopi kental manis yang diberi arang membara. Joss… Menurut penelitian mahasiswa UGM yang terinspirasi karena menjadi pelanggan setia Lik Man, arang ternyata berfungsi menyerap kafein dari kopi.
Sehingga kopi jos direkomendasikan baik untuk kesehatan. Meski demikian, seorang teman saya, seorang dokter sama sekali tak menyarankan untuk mencicipi kopi yang diberi arang. Soalnya arang kabarnya bersifat karsinogen. Sekarang, semua terserah anda.
Lalu disebut angkringan karena demikian egaliternya warung rakyat ini pengunjung dapat meng-angkring-kan kakinya (mengangkat kakinya sambil duduk di kursi). Ukuran kesopanan di warung angkringan adalah tenggang rasa dan tepa selira dengan sesama pengunjung lainnya.
Boleh jadi angkringan merupakan stereotipe kaum marjinal berkantung cekak yang beranggotakan sebagian mahasiswa, tukang becak dan buruh maupun karyawan kelas bawah. Namun, peminat angkringan kini bukan lagi kaum marjinal yang sedang dilanda kesulitan keuangan saja, tetapi juga orang berduit yang bisa makan lebih mewah di restoran.
Selain kopi joss hidangan lain yang loezat di angkringan lik man adalah  jadah bakar dan teh nasgitel (panas, legi, kentel) racikan Lik Man, angkringan legendaris Jogja. tidak jarang warung angkring Lik Man kedatangan orang-orang terkenal dari berbagai jenis pekerjaan. Djadug Feriyanto misalnya, kakak kandung Butet Kartaradjasa yang juga leader kelompok musik Sinten Remen ini pun jatuh cinta kepada angkringan Lik Man di Stasiun Tugu sana. Tidak hanya Djadug, beberapa sastrawan, budayawan, atau olahragawan ternama seperti Cak Nun (Emha Ainun Najib), Butet Kartaradjasa, Marwoto Kawer hingga Jammie Sandoval pemain PSIM asal Chilie pun sering meluangkan waktu malamnya untuk jajan di angkringan
http://www.sahabatjogja.com/nasi-kucing-jogja-angkringan-lik-man/

Macam-macam Buah Langka di Kalimantan

Mengunjungi Kalimantan di kala musim buah adalah sebuah anugerah yang tiada tara. Apalagi jika anda bersedia untuk masuk hutan. Kita akan dimanjakan oleh alam dengan berbagai macam buah yang tak bisa kita dapatkan di pasar, apalagi di supermarket. Bulan November sampai Maret adalah bulan yang cocok untuk berburu buah hutan Kalimantan Timur.

Ada banyak lagi jenis buah yang aneh dan sungguh sensasional, baik dari segi bentuk dan rasa. Buah-buah tersebut bahkan hanya dikenal oleh beberapa kampung saja. Jangan coba mencarinya di kota kecamatan. Di kampung berbeda saja kita akan mendapatkan jenis buah yang berbeda. Berikut adalah beberapa saja yang saya bawakan sebagai oleh-oleh untuk anda dari wilayah hutan Lesan di Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

1. Buah Wanyi
Buah wanyi ini dagingnya bewarna putih rasanya manis keasam-asaman dan berbau sangat tajam. buahnya lonjong seperti mangga, ukurannya lebih besar dari buah mangga.

ada yang bahanya darai wanyi ini, yaitu Getah pohonnya, jika kita terkena getahnya efeknya gatal-gatal.
Buah wanyi hidup di hutan kalimantan, dan paling banyak terdapat di Kaltim, sayang buah ini susah sekali di temui apa lagi daerah di kota-kota,.kalau pun ada palingan cuma 1 pohon saja yang masih hidup.
tapi kalau di dalam hutan mungkin masih banyak di temui,.sangking langkanya aku nanama bijinya Alhamdulillah umurnya udah 1 tahun,.hehee

2.Buah Ihau
Buah yang satu ini dikenal dengan beberapa nama sebutan. Ada yang menyebutnya Ihau, masyarakat Tanjungselor Kabupaen Bulungan menyebutnya Mata Kucing karena isi buah dan bijinya mirip dengan mata kucing yang bersinar, sedangkan masyarakat Dayak Kenyah di Tering Kabupaten Kutai Barat menyebutnya Duku.


Buah Ihau merupakan buah asli Kalimantan Timur (dan mungkin juga ada di hutan-hutan wilayah Kalimantan lainnya termasuk di hutan Malaysa dan Brunai Darussalam). Bentuknya bundar sebesar kelereng dengan daging buah mirip klengkeng dengan rasa manis yang juga menyerupai rasa buah klengkeng. Tak heran sebagian masyarakat kota menyebutnya sebagai buah Klengkeng asli Kalimantan.

Layaknya pohon-pohon yang tumbuh dihutan Kalimantan, pohon ihau memiliki batang yang besar dan kokoh serta menjulang tinggi. Memiliki dua jenis warna, yaitu berwarna kuning kecoklatan dan ada juga yang berwarna hijau, menjadikan ihau atau si mata kucing ini sebagai santapan lezat para monyet, burung enggang dan satwa lainnya.


Pada musim buah kali ini (Desember-Pebruari) buah Ihau masih dapat ditemukan dipasar-pasar tradisional di pedalaman Mahakam. Namun kali ini buah Ihau juga dapat ditemukan di penjual buah pinggir jalan di Samarinda. Ketika ditanya asal buah, penjual menjawab asalnya bukan lagi dari pedalaman Mahakam yang memikili hutan-hutan yang lebat, namun buah ihau telah dikebunkan oleh petani di pinggiran kota Samarinda, tepatnya di Desa Lempake Kecamatan Samarinda Utara.

Jika dahulu orang menjual buah ihau dengan takaran bekas kaleng susu ukuran kecil, kini buah ihau dijual dengan takaran kilogram layaknya buah-buah lainnya. Harga satu kilo gram yang ditawarkan pedagang buah berkisar antara Rp.15.000 hingga Rp. 20.000. Harga ini cukup pantas jika bersaing dengan buah klengkeng impor apalagi mengingat sudah langkanya buah ini.


3.Buah Rambai
Musim buah Rambai ini setahun sekali ini. Buah rambai berasa manis-manis masam, dengan buah yang berisi 2-4 juring. Buah ini hampir mirip dengan langsat / Duku, yang membedakanyaRambai menyebar dari Indomalesia ke arah Pasifik Barat. Biasanya kemunculan buah rambai ini merupakan tanda bahwa musim buah akan segera berakhir.


Alhamdulillah, beberapa jenis buah telah kucicipi pada musim buah kali ini. Sebenarnya masih banyak buah-buahan khas pedalaman yang belum sempat kurasakan karena memang tidak terlalu banyak dihasilkan dan hanya dijual pada daerah-daerah tertentu saja, seperti buah durian merah, lahong dan buah tarap.


4. Buah Kapul

Buah Kapul sungguh sangat mirip dengan buah mangis. Hanya kulitnya persis seperti kulit kayu. Beda lainnya adalah pada ujung buah tidak terdapat bentuk bintang, sedangkan di pangkal tangkainya tidak terdapat mahkota. Buahnya ada dua jenis Kapul berdaging putih dan kapul berdaging kuning.

Buah kapul berdaging kuning

Kapul berdaging putih

Jika manggis setiap buahnya terdiri atas lima biji, kapul hanya terdiri dari empat buah saja. Warna daging buah putih. Ada juga kapul yang daging buahnya kuning. Rasanya? Persis rasa manggis.
5. Buah Keledang
Buah Keledang termasuk buah langka bumi Kalimantan. Bentuknya persis nangka. Demikianpun daging-bu. Hanya ukurannya mini. keledang merupakan buah yang mulai terlupakan seiring dengan habisnya hutan-hutan alami. Pohonnya dapat menjulang tinggi mencapai 30 meter dan berdaun lebar dan sedikit berbulu. Pohon keledang dapat berbuah sejak 5 tahun setelah tanam. Tumbuh diberbagai jenis tanah dan umumnya dihutan tropis dan penuh dengan humus.
Buah Keledang (Artocarpus lancifolius Roxb) termasuk Famili Moraceae (suku nangka-nangkaan). Kerabat dekatnya buah Mentawa, Kluwih, Pintau, Cempedak, Sukun, Selanking, Benda, dan Nangka.

Buah Keledang rasanya manis dan daging buahnya terpisah dari bijinya seperti nangka. Sensasi rasanya merupakan campuran antara nangka dan manggis. Warna kulit buahnya jingga kemerahan dan bentuk buahnya seperti cempedak. Buah keledang termasuk salah satu buah buahan eksotis hutan Kalimantan (Borneo) yg tumbuh merata di seluruh daratan pulau ini.

Bersyukur, ketika musim buah pada Desember ini di Kota Samarinda, masih banyak penjaja buah dipinggir jalan yang menjualnya. Buah sebesar genggaman tangan orang dewasa dijual dengan harga Rp. 2500 per buahnya. Sungguh harga yang murah untuk buah yang sudah jarang ditemukan ini.
Pelestarian Pohon Keledang belum mendapat perhatian, begitupun dengan buah buah eksotis hutan Kalimantan lainnya. Padahal potensi tumbuhnya sangat mudah dengan perbanyakan melalui biji yang disemai.



Jika buah nangka harus dibuka dengan pisau, buah keledang cukup diputar saja. Setelah diputar, buah akan terbuka. Selanjutnya, biji-biji ranum berwarna orange yang terpisah dari kulit buah segera tampak dan menantang kita untuk menikmatinya.

Rasanya sangat nikmat. Jika nangka dan cempedak berbau, keledang sama sekali tidak. Sehingga mereka yang tidak suka buah yang beraroma pasti akan menyukai keledang.



6.Buah Tarap

Buah tarap mirip sekali dengan buah sukun. Kulitnya bagaikan karet yang ditata rapi. Jika kita raba, kulitnya akan menempel ke telapak tangan, seperti kaki cicak. Buah tarap adalah sumber energi. Sebab rasanya sangat manis. Segera setelah kita memakannya, maka energi kita akan segera pulih.

Cara membukanya adalah dengan membelah buah tarap secara membujur. Kemudian kulit buah akan dengan mudah kita kelupas. Yang tertinggal adalah butiran-butiran ranum berwarna putih yang siap dinikmati. Sayang, buah tarap menyebarkan bau seperti cempedak. Sehingga bagi mereka yang tak menyukai buah beraroma, mungkin tak akan menyukai buah tarap.


7 Buah Bemotong

Buah bemotong menggerombol di pangkal batang, tepat diatas tanah. Warnanya merah segar. Namun segera akan berubah kecoklatan begitu kita kutip dari pohonnya. Buah yang ukurannya seujung balpoin ini tersusun dalam tandan.


Warna daging buahnya ungu atau putih. Rasanya manis. Ada biji kecil ditengahnya. Saat menikmati, kita bisa telan saja biji kecil ini, seperti saat kita makan manggis.


8. Buah Maritam
Buah Maritam, buah jenis rambutan tapi tidak berbulu, Rasa manis dan daginya sama seperti rambutan


9. Buah Asam putar
Buah Asam putar, disebut juga asam pulasan, jenis mangga unik ada di pedalaman Kalimantan, karena bijinya bisa dilepas dengan cara buahnya diputar.
10. Buah Lahung

Buah lahung, buah lahung, buah jenis durian dengan kulit bewarna merah dan daginya warna kuning

11. Buah Durian Merah
Durian merah ini rasanya sama seperti durian umumnya, yang membedakan hanya ukurannya lebih kecil dan dagingnya bewarna merah


12. Buah Rumbia
Kalau Buah Rumbia banyak terdapat di indonesia, karena Rumbia adalah pohon sagu. Jadi buah rumbia adalah buah yang dihasilkan dari pohon sagu. Buah ini rasanya manis-manis sepet. Biasanya diasinkan dulu untuk menghilangkan rasa sepetnya. Namun sepetnya buah Rumbia ini tidak sebanding dengan sepetnya buah Rukem yang mentah. Jadi kalau langsung dimakan biasa nggak masalah.
Sebenarnya masih banyak lagi buah-buah pedalaman kalimantan, contohnya di bawah ini

13.Buah gitaan

14. Buah Binjai

15. Buah mundar

16. Buah Bangkinang
17. Buah apel banjar

18. Buah kasturi
19.Buah Karatongan

20.Buah Ramania


21. Buah Nam-nam


22. Buah Mangga Kuweni
23. Buah kepayang
buah kepayang, kita hanya kenal mabuk kepayang, tetapi tidak tahu kepayang itu apa, nah kepayang itu adalah buah, dari biji buah ini ada isi setelah melalui proses pengolahan, maka isi dalam biji buah ini bisa dimakan, hingga keenakan, sampai sampai lupa pekerjaan lain karena mabuk keenakan makan kepayang ini.
24. Buah Jinalun
25. Mangga kecil
Mangga kecil yang disebut hasam hurang atau mangga sapat

Sumber: 25 Buah Langka Dari Kalimantan - Yafi Blog http://yafi20.blogspot.com/2010/12/25-buah-langka-dari-kalimantan.html#ixzz1dpc6VLDd

Selasa, 08 November 2011

Buah Kesabaran Seorang Ibu

Belajar dari sebuah pengalaman kehidupan. Mengingat memori sebuah kenangan delapan belas tahun silam. Ujian kehidupan yang menghantarkan aku pada kedewasaan dan kerelaan. Siapa sih yang ingin ditinggal orang tercinta, ayah kita? Ibu, yah ibu adalah orang yang paling banyak aku ambil pelajaran dari beliau.
Delapan belas tahun membesarkan anak seorang diri dengan penuh keikhlasan dan rasa kasih sayang. Beliau memulai semua ini, mengawali kehidupan baru ini, tanpa seorang suami, dengan petunjuk Allah. Sebelum prosesi pengkuburan ayah, ibu melakukan sholat dua rekaat istikaroh, beliau minta petunjuk ke manakah nahkoda kapal kehidupan keluarga akan dilabuhkan?
Ke manakah para awak akan dibimbing menuju tujuan kehidupan? Begitulah do’a ibuku. Beliau sangat khawatir dengan kehidupan kelima anaknya, aku, dua kakak dan kedua adikku. Mungkin bukan suatu hal yang mustahil untuk merasakan kebimbangan. Pernah terlontar di hati ibuku, beliau akan memberikan masing-masing anaknya kepada saudara-saudara suaminya, tapi hati kecilnya pun menolak,
Apakah gerangan yang akan terjadi jikalau anak-anakku berpisah semua?Akhirnya, berkat petunjuk Allah, ibuku tersadar dan beliau mengambil sikap akan menghidupi keluarga dan melabuhkan kapal kehidupan keluarga dengan seorang diri, tentu dengan tekad dan bismillah.
Mungkin benar kata orang, isteri ditinggal suami, ia tidak akan mencari pengganti dan cenderung akan membesarkan anak seorang diri. Sedangkan jika suami ditinggal isteri, ia akan cenderung mencari pengganti, karena seorang lelaki tidak mungkin dapat hidup sendiri serta tidak mampu untuk membesarkan anaknya seorang diri.
Apa yang terjadi dengan kehidupan keluargaku kemudian? Kehidupan keluargaku berjalan apa adanya, layaknya kehidupan keluarga lain, hanya yang membedakan, kami hidup tanpa seorang ayah dan dibesarkan oleh seorang ibu. Aku tahu ibu terlalu letih menanggung beban kehidupan keluarga kami, tapi apa mau dikata inilah kehidupan, dan saat itu kakak yang pertama pun masih sekolah dibangku SMA.
Adik terkecil pun saat itu baru berumur 2 tahun. Sedang aku baru berusia 8 tahun. Terus siapa yang membantu melabuhkan bahtera keluarga, jika kalau bukan ibu yang berjuang seorang diri. Subhanallah, perjuangan seorang ibuku selama delapan belas tahun silam, membawa atsar sendiri bagi keluargaku. Beliau begitu ikhlas dan sabar membesarkan kelima anaknya seorang diri.
Bukanlah sesuatu yang mustahil, jika beliau membanggakan kami di tengah masyarakat. Aku dapat menamatkan pendidikan sarjana matematika universitas negeri di kota solo. Dua adikku pun berhasil melaju ke bangku kuliah. Salah satunya akan menamatkan sarjana perawat di salah satu universitas negeri di kota yogyakarta.
Kakakku yang pertama berhasil menamatkan ahli madya-nya di universitas negeri di kota solo, begitu juga dengan kakak keduaku yang juga berhasil menamatkan studinya sebagai sarjana pertanian universitas negeri di kota solo.
Apa mau di kata memang takdir yang mengatakan kami seperti ini?Kelima anaknya berhasil dan sukses serta menjadi anak yang sholeh sholihah, menjadi kebangaan beliau. Berkat kesabaran ibulah, kami bisa menjadi seperti ini. Terima kasih ibu, do’a mu yang selalu kami nantikan. Walau kami tahu, engkau hanya seorang penjahit.